DJABARPOS.COM, Bandung – Di balik kemegahan gedung DPRD Kota Bandung yang terletak di Jalan Sukabumi nomor 30, Kacapiring, Batununggal, Kota Bandung, tersimpan keasrian dan penerapan peduli lingkungan yang cukup serius. Begitu masuk ke halaman dan area parkir kantor legislatif ini, kita akan disambut dengan tanaman-tanaman hijau. Di setiap pohon tampilannya cukup unik, sebab batangnya diselimuti tumpukan daun kering. Ram kawat menjaga agar tumpukan daun itu tertata sempurna. Di kantor ini, tiap pohon dibuatkan rumah daunnya masing-masing.

Sekretaris DPRD Kota Bandung Salman Fauzi mengatakan, program kantor peduli lingkungan atau eco-office ini, merupakan bukti kesadaran para penduduk yang berkantor di sana. Salman yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung, menerapkan seluruh metode yang biasa ia sosialisasikan.

“Saya tahun 2019 kira-kira, dari DLH langsung ke sini, waktu itu ada kejadian Bandung darurat sampah. Kalau mau selesai maka kata kuncinya pemilahan dan penyelesaian sumber. Ada program Kang Pisman kan. Ya prinsip yang paling kuat kalau kita membuat kebijakan itu harus jadi contoh,” ucapnya ditemui di Halaman Kantor DPRD Kota Bandung, Selasa (9/7/2024).

“Mungkin juga karena karakter saya seneng tanaman dan bebersih, saat jadi Kadis itu kan harus jadi contoh dan 70% di lapangan. Jadi program Kangpisman dan Gerakan Pungut Sampah (GPS) itu saya realisasikan. Saya juga dapat giliran nyapu, ASN nyapu tiap hari Kamis, biar rahmatan lil alamin, punya kontribusi baik ke lingkungan sekitar. Kang pisman itu kebutuhan tiap kantor yang cinta pada Kota Bandung,” lanjut Salman.

Pemilahan sampah dilakukan selaras dengan ternak magot yang masih terus berjalan. Di kandang yang disiapkan DPRD Kota Bandung, terlihat sebagian magot kualitas unggulan yang sudah menua menjadi lalat Black Soldier Fly (BSF).

Lalat ini tidak membawa dan menyebarkan penyakit. Saat dewasa, lalat ini hanya berkembang biak kemudian mati. Tepat di sisi kanan dan kiri rumah magot yang terletak di area lahan parkir itu, ada jerigen dan dinding yang disulap jadi kolam ikan nila dan lele.

Salman juga menunjukkan rumah daun sumbangan dari para pejabat struktural Sekretariat DPRD Kota Bandung. Mayoritas sampah di kantor ini ialah dedaunan kering. Kata Salman, segala yang dari alam bisa dikembalikan lagi ke alam, sehingga 30 titik tanaman di kantor ini dimanfaatkan jadi rumah daun.

Tak sampai di situ, kantor ini juga punya sistem pengolahan air secara mandiri. Lebih dari 5000 liter air hujan ditampung dari pipa-pipa, mengalir ke penampungan, kemudian disaring. Hasilnya, air segar itu kemudian digunakan untuk menyiram tanaman dan berwudhu.

“Di rumah daun itu, daun kering simpan di situ, setelah sekian puluh hari membusuk, pindahin ke bata terawang. Ini nggak sulit, lebih pada kecintaan kita pada kota ini. Selain itu, Ketua DPRD juga menunjukkan kecintaannya, dia menginsisiasi rooftop menjadi greenhouse. Jadi eco office ini memang jadi solusi untuk permasalahan sampah dan lingkungan Kota Bandung,” tutur Salman.

Hampir segala hal dari alam dimanfaatkan oleh Kantor DPRD Kota Bandung. Bahkan, lahan kosong di rooftop atau bagian atap gedung juga digunakan sebagai Greenhouse, kebun kecil yang diisi aneka buah dan sayur hidroponik.

Bisa dibilang, sistem Eco-office ini belum diterapkan dengan sempurna di dinas Kota Bandung lainnya. Namun, DPRD Kota Bandung dapat membuktikan manfaat luar biasa dari program ini.

Tak heran jika beragam penghargaan kantor ramah lingkungan tingkat daerah maupun nasional berhasil disabetnya. Salah satunya, Sekretariat DPRD Kota Bandung mendapat Juara 1 pengaplikasian lingkungan hidup tingkat Kota Bandung kategori perangkat daerah mandiri. Kantor ini juga selalu jadi percontohan untuk kantor dinas dalam Kota Bandung maupun daerah lain.

Kantor yang Setiap Bulan Panen Buah dan Sayur
Ade Suratman, Sub Koor Rumah Tangga Bagian Umum Sekretariat DPRD Kota Bandung, mengajak tim detikJabar untuk berkeliling Kantor DPRD. Dimulai dari titik pengolahan sampah Kang Pisman yang masih terus berjalan, bahkan kantor ini juga punya sistem bata terawang. Jadi, dedaunan kering bisa disulap menjadi kompos.

“Gudang pemilahan sampah kita masih berjalan, sampah organik sisa makanan yang dipisah kemudian dimanfaatkan untuk makan magot. Dari magot itu bisa jadi pakan ikan juga ada lele dan nila. Kemudian sampah anorganik yang bernilai ekonomis disimpan di pojok Kangpisman untuk ditukarkan. Barulah untuk sampah residu disalurkan di TPS sebelah kantor kami,” ucapnya.

“Kemudian untuk rumah daun, itu kalau daunnya sudah busuk dan istilahnya siap dipanen, dibawa ke bata terawang. Di sana dipadatkan, ditampung, nah bahian yang paling bawah itu kalau busuk kan lapuk, bisa dibongkar keluar untuk pupuk kompos tanaman sekitar. Ini bermanfaat untuk kesuburan tanah,” lanjut Ade sembari menunjukkan bata terawang kantor ini.

Tak cuma itu, salah satu program eco-office yang cukup dibanggakan ialah Greenhouse Rooftop-nya. Di lahan seadanya, terdapat kurang lebih 20 aneka tanaman buah dan sayur yang ditanam dengan sistem hidroponik.

Ada semangka, melon, anggur, beberapa jenis jeruk, mangga gedong merah, terong, cabai, dan masih banyak lagi. Aneka tanaman hias pun menambah kecantikan di rooftop ini.

“Panennya itu kami buat nggak serentak, jadi bergantian. Hasil panen ini kemudian disalurkan untuk internal Kantor DPRD dan eksternal melalui Kelurahan Kacapiring, kemudian juga pernah kami bagikan ke jamaah sholat jumat di masjid DPRD Kota Bandung,” ucap Ade sambil menunjukkan salah satu buah yang sebentar lagi siap panen.

Ade mengatakan, Greenhouse ini bukan cuma dimanfaatkan hasil kebunnya. Tapi suasana yang asri dan rindang, membuatnya disediakan gazebo untuk pertemuan-pertemuan. Katanya, di sini jadi tempat diskusi sambil ‘healing’ alias mencari tempat segar di tengah pekerjaan.

Kebun hidroponik di Gedung DPRD Kota Bandung (Foto: Anindyadevi Aurellia/detikJabar).
Terdapat satu gazebo yang berbentuk melingkar, ada pula satu gazebo memanjang yang masih dalam proses pembangunan. Jadi, rooftop di kantor ini juga membawa manfaat bagi produktivitas para pekerja DPRD Kota Bandung.

“Rooftop di sini berisi sayuran ada kangkung, pakcoy kemudian buah melon, semangka, nah di sini tiap bagian bisa merasa jenuh, jadi bisa rapat musyawarah supaya rileks dan nggak tegang, bisa sambil bersantai menghirup udara segar, sambil minum teh di rooftop. Tomat bisa petik langsung, jeruk, melon juga bisa dipanen. Alhamdulillah,” ceritanya.

Ade mengaku, tim Sekretariat DPRD juga bakal terus mengoptimalkan konsep eco-office dan mengembangkannya. Tak menutup kemungkinan akan ada inovasi-inovasi baru sebagai wujud kantor ramah lingkungan.

Tapi yang terpenting, pihaknya menargetkan agar program positif ini dapat terus berjalan konsisten dan manfaatnya dapat dirasakan masyarakat Kota Bandung.

“Ambisi kita memang menjaga terus, di samping eco-office, ke depan kita akan lihat hal apa yang bisa mencerminkan budaya bersih di kantor ini. Target kita bisa dinikmati eksternal, warga kalau memang butuh sayuran mangga. Sejauh ini Greenhouse bermanfaat sekali termasuk untuk mahasiswa yang meneliti tanaman, tamu yang berkunjung oleh-olehnya dikasih sayur, jadi manfaatnya juga ke eksternal,” kata Ade.

“Tapi kami tidak berpuas diri, kami tetap akan berusaha maksimal ke depan ciptakan hal-hal baru lagi. Eco-office itu harapannya bisa diterapkan ke semua secara mandiri, tidak terbatas saat ada lomba, jadi kesadaran sendiri,” harapnya.(Ade Suhendi/Nino)

By Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *