DJABARPOS.COM, Jakarta – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu‘ti, menegaskan bahwa ibadah puasa memiliki peran penting dalam pembentukan karakter manusia. Menurutnya, melalui puasa, seseorang ditempa menjadi pribadi yang berakhlak mulia. Karakter unggul inilah yang harus tercermin dalam seluruh insan pendidikan.
Dalam ceramah bertema Pendidikan Akhlak Menuju Generasi Emas 2045, Menteri Mu‘ti menekankan bahwa puasa bukan sekadar ritual, melainkan sarana pendidikan yang menuntun manusia menuju kebahagiaan dan kemuliaan hidup. “Puasa adalah proses pendidikan agar kita menjadi hamba Allah yang berakhlakul karimah,” ujarnya sebelum pelaksanaan salat tarawih di Masjid Istiqlal, Jakarta, Sabtu (1/3/25).
Menteri Mu‘ti menjelaskan bahwa visi Generasi Emas 2045 telah dicita-citakan oleh para pendiri bangsa. Cita-cita ini tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dan Pasal 33 Ayat 1, yang menegaskan bahwa negara bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan adalah membentuk manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cerdas, terampil, dan bertanggung jawab terhadap masa depan bangsa dan negara. “Dari sini, kita bisa melihat bahwa ibadah puasa sangat erat kaitannya dengan tujuan pendidikan nasional,” jelasnya.
Puasa, lanjutnya, merupakan bagian dari proses pendidikan yang membentuk manusia bertakwa. “Puasa adalah stimulus untuk membersihkan jiwa dari sifat tercela yang dapat menjerumuskan manusia,” tambahnya.
Generasi Emas: Berilmu, Terampil, dan Rendah Hati
Mendikdasmen menjelaskan bahwa Generasi Emas 2045 harus memiliki tiga karakter utama :
Beriman dan Bertakwa (Faithful) – Ketakwaan menjadi kunci kemuliaan individu dan kejayaan bangsa.
Terampil dan Kompeten (Skillful, Capable) – Generasi yang mampu menghadapi tantangan global dengan keterampilan dan wawasan luas.
Rendah Hati dan Berintegritas (Humble) – Memiliki kepedulian sosial, berani berkata benar, serta hidup sederhana dan gemar berbagi.
“Puasa melatih kita untuk menahan diri, tidak rakus, bersyukur, dan berbagi dengan sesama. Sikap ini penting agar generasi masa depan tidak hanya sukses secara pribadi, tetapi juga berdedikasi bagi kemajuan bangsa,” tegas Mu‘ti.
Dengan karakter tersebut, Generasi Emas diharapkan tidak hanya unggul dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga memiliki jiwa sosial yang tinggi demi kesejahteraan bangsa dan negara.
(Arsy)