DJABARPOS COM, Bandung – Jalur kereta api Cipatat–Padalarang di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, akan kembali diaktifkan setelah lama tidak beroperasi. Reaktivasi jalur sepanjang 17 kilometer ini diharapkan dapat memperlancar mobilitas warga dari Sukabumi–Cianjur menuju Bandung dan sebaliknya, sekaligus mendorong kebangkitan ekonomi masyarakat, khususnya pelaku UMKM.
Selama ini, perjalanan kereta api dari Sukabumi hanya berakhir di Stasiun Cipatat sebagai pemberhentian terakhir KA lokal Siliwangi. Warga harus melanjutkan perjalanan ke Bandung dengan kendaraan darat lainnya.
“Sampai sekarang kalau mau ke Bandung ya cuma sampai sini (Cipatat). Ke Bandungnya harus nyambung lagi pakai bus,” kata Abdul Hamid (35), warga Cianjur, Rabu (16/4/2025).
Hamid yang berprofesi sebagai pedagang sandal dan sepatu mengaku sangat terbantu jika jalur tersebut kembali aktif hingga Padalarang, karena waktu tempuh ke Bandung bisa lebih singkat.
“Sebagai pedagang sandal sepatu di pasar, saya sering ke Bandung bolak-balik buat beli barang. Biasanya kalau ke Bandung perjalanan bisa 3-4 jam. Itu cukup makan waktu,” ujarnya. “Kalau keretanya nyambung sampai Bandung kan ekonomi kita juga kebantu. Transportasi yang murah juga cepat jadi daya dukung sendiri buat ekonomi UMKM kayak saya,” imbuhnya.
Namun, tidak semua warga menyambut tanpa kekhawatiran. Sebagian masyarakat mengingatkan agar reaktivasi ini dilakukan dengan bijak dan tidak menimbulkan konflik agraria.
Cecep (28), warga Cipatat, menyampaikan bahwa sejak jalur kereta tidak aktif pada 2013, sebagian lahan dimanfaatkan warga untuk bertani dan akses jalan umum.
“Sejak berhenti beroperasi pada tahun 2013, gak sedikit warga yang memanfaatkan lahan di sepanjang jalur sebagai ruang hidup. Mulai dari bertani sampai menjadi jalan umum untuk masyarakat yang tinggal di pelosok Cipatat,” kata Cecep.
Rel Cipatat–Padalarang saat ini dalam kondisi tidak terawat dengan rumput liar yang tumbuh di sepanjang jalur. Beberapa warga bahkan menjadikan jalur rel sebagai akses penting menuju fasilitas umum.
“Karena memang warga terpaksa harus melewati hutan karet dan memutar cukup jauh dengan jalan yang terjal untuk bisa sampai ke pusat kesehatan. Kalau ada yang mau melahirkan, biasanya ditandu pakai sarung berjalan di atas rel buat sampai ke mobil ambulans,” ujarnya.
Rencana reaktivasi jalur ini sejalan dengan wacana reaktivasi empat jalur kereta api lainnya di Jawa Barat, yaitu Banjar–Pangandaran–Cijulang (82 km), Cibatu–Garut–Cikajang (47,5 km), Rancaekek–Tanjungsari (11,5 km), dan Cikudapateuh–Ciwidey (37,8 km).(**)