Oleh : Roni Maulana Arsy (Jurnalis Djabar Pos)

Di balik gagahnya seragam loreng dan cokelat, tersimpan kisah pengabdian yang tak ternilai. Ada sosok-sosok yang telah mengabdikan lebih dari 25 tahun hidupnya untuk menjaga kedaulatan, menegakkan hukum, dan melindungi rakyat. Namun, semua itu bisa sirna seketika hanya karena satu kesalahan, terjerat narkoba, bukan sebagai pengedar, tetapi sebagai korban pemakaian.

Betul, aturan di tubuh TNI dan Polri memang tegas. Disiplin adalah harga mati. Tapi ketegasan seharusnya tidak membutakan rasa keadilan, terlebih ketika yang bersangkutan baru pertama kali melakukan pelanggaran, bukan berulang kali, dan dilakukan bukan karena niat jahat, melainkan karena tergoda, tertekan, atau bahkan dijebak oleh jaringan mafia narkoba.

Ia bukan kriminal. Ia bukan pengedar. Ia adalah korban. Dan di balik kesalahannya, ia adalah seorang prajurit atau anggota kepolisian yang telah bertahun-tahun menjaga merah putih tetap berkibar. Yang telah meninggalkan keluarga demi tugas negara. Yang telah berdiri di garis depan ketika negara membutuhkan.

Namun, sistem kita kerap terlalu cepat menghukum dan terlalu lambat memahami. Tanpa ada ruang klarifikasi, tanpa proses rehabilitasi, vonis langsung dijatuhkan pecat tidak hormat. Lupa bahwa di balik satu kesalahan, ada puluhan tahun pengabdian.

Apakah satu kali tergelincir harus dihukum setara dengan mereka yang berkhianat berkali-kali ?

Pimpinan institusi harus lebih bijak. Negara harus mampu membedakan mana yang benar-benar berbahaya dan mana yang masih bisa dibina. Harus ada mekanisme yang adil bagi mereka yang terjerat sebagai pemakai, bukan pengedar. Karena kalau tidak, kita justru sedang menyerahkan kemenangan kepada mafia narkoba yang berhasil bukan hanya merusak tubuh aparat, tapi juga membuat negara menghancurkan anak-anak terbaiknya sendiri.

Kesalahan tidak selalu menghapus jasa. Dan korban tidak selalu pantas dibuang.

Sudah saatnya kita menegakkan disiplin tanpa kehilangan kemanusiaan. Karena ketika seorang abdi negara tergelincir, bangsa ini tidak harus serta merta menyingkirkannya. Kadang, yang ia butuhkan hanya satu hal, kesempatan kedua.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *