DJABARPOS.COM, Jakarta – Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengatakan akan mendengar sejumlah opini dari negara-negara Arab terkait niatan presiden negara itu, Donald Trump, untuk mengambil alih wilayah Gaza dari Palestina. Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, Kamis malam waktu setempat.
Dalam sebuah wawancara dengan pembawa acara konservatif Clay Travis dan Buck Sexton, Rubio mengatakan saat ini Washington sangat terbuka dengan ide masa depan Gaza. Menurutnya, Presiden Trump juga akan mendengarkan opini dari negara-negara Arab, yang hampir seluruhnya menentang pengambilalihan AS di daerah Palestina itu.
“Saat ini satu-satunya rencana, yang mana mereka tidak menyukainya, adalah rencana Trump. Jadi jika mereka memiliki rencana yang lebih baik, sekaranglah saatnya untuk mengajukannya,” ujarnya dalam wawancara itu dikutip AFP, dikutip Jumat (14/2/2025).
Rubio berangkat pada hari Kamis dalam perjalanan yang akan membawanya ke Israel, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. Perjalanan tersebut dilakukan setelah diskusi di Washington mengenai rencana Trump mengenai Gaza oleh Raja Yordania Abdullah II dan Menteri Luar Negeri Mesir.
Para diplomat mengatakan bahwa Mesir memimpin upaya untuk menghadirkan alternatif bagi Trump dalam beberapa minggu. Proposal Kairo akan melibatkan pelatihan pasukan keamanan baru di Gaza dan mengidentifikasi para pemimpin Palestina setempat yang akan bertanggung jawab.
“Semua negara ini mengatakan betapa mereka peduli dengan warga Palestina, tetapi tidak ada satu pun dari mereka yang ingin menerima warga Palestina. Tidak ada satu pun dari mereka yang memiliki sejarah melakukan apa pun untuk Gaza,” tambahnya.
Meski begitu, Rubio mengatakan bahwa dirinya yakin negara-negara Arab bekerja dengan itikad baik. Namun, ia menegaskan bahwa garis merahnya adalah bahwa seharusnya tidak ada peran milisi penguasa Gaza, Hamas, di masa mendatang.
“Jika negara-negara di kawasan itu tidak dapat menemukan jalan keluarnya, maka Israel harus melakukannya, dan kemudian kita kembali ke tempat kita berada,” tuturnya.
Pendahulu Rubio, Antony Blinken, mengusulkan sebuah rencana di mana kekuatan internasional dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akan memainkan peran sementara di Gaza hingga Otoritas Palestina dapat mengambil alih daerah kantong yang dilanda perang tersebut.
Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang memimpin pemerintahan sayap kanan, telah lama berupaya melemahkan Otoritas Palestina, yang berpusat di Tepi Barat, sebagai bagian dari penentangannya terhadap negara Palestina.
Perlu diketahui, selama dua minggu terakhir, Trump bersikeras pada usulannya untuk “membersihkan” Gaza, di mana menurutnya, kantong Palestina itu akan dikendalikan oleh AS sementara 2,4 juta penduduknya kan mengungsi ke Mesir dan Yordania. Ia pun mengancam dapat menghentikan bantuan ke Kairo dan Amman jika mereka menolak.
Namun, Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi dan Raja Yordania Abdullah II menekankan persatuan mereka di Gaza, menyerukan rekonstruksi segera tanpa menggusur rakyat Palestina dari tanah mereka. Beberapa negara yang kini semakin dekat dengan Israel- termasuk Arab Saudi yang tampaknya hampir menormalisasi hubungan sebelum pecahnya perang Gaza- pun telah menolak untuk mengalah.
“Ketidakadilan yang tidak dapat diikuti,” tegas Sisi.
“Ini adalah posisi Arab yang bersatu,” tulis Raja Abdullah.
“Kesepakatan normalisasi apa pun dengan Israel bergantung pada pembentukan negara Palestina,” tegas Arab Saudi.
Kemarin, Ketua Liga Arab Ahmed Aboul Gheit pada hari Rabu mengatakan prospek pemindahan warga Palestina dari Gaza dan Tepi Barat tidak dapat diterima oleh dunia Arab. Negara-negara sudah menentang gagasan ini selama 100 tahun.
“Kami orang Arab tidak akan menyerah dengan cara apa pun sekarang,” katanya di KTT Pemerintah Dunia di Dubai.(**)