DJABARPOS.COM, Bandung – Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Bandung telah melakukan analisis terkait penyebab kebakaran yang kerap melanda Kota Kembang ini.

Kejadian kebakaran tersebut mayoritas melanda bangunan seperti rumah, pabrik, kos, dan lain-lain dengan penyebab berbagai macam faktor, terutama akibat dari kelalaian manusia.

Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Bandung, Soni Bakhtyar mengatakan, dalam kurun waktu tahun 2024 hingga pertengahan 2025, tercatat telah terjadi 160 hingga 210 kejadian kebakaran di Kota Bandung.

“Korsleting listrik dan kelalaian saat memasak masih menjadi penyebab utama kebakaran di kota ini,” ujar Soni di Jalan Taman Pramuka, Jumat (25/7/2025).

Selain itu, faktor lingkungan seperti musim kemarau dan kepadatan permukiman juga turut memperparah kondisi kebakaran, sehingga perlu dilakukan pemetaan daerah yang rawan kebakaran.

Atas hal tersebut, pihaknya terus memetakan wilayah rawan kebakaran, terutama di daerah permukiman padat dan kawasan industri kecil. Data pemetaan ini menjadi dasar dalam menentukan lokasi pos siaga dan patroli keliling agar penanganan bisa lebih cepat dan tepat sasaran.

“Kami terus memetakan area berisiko tinggi untuk penempatan pos siaga dan jalur patroli. Dengan pemetaan ini, penanganan bisa lebih terencana dan risiko kebakaran bisa ditekan,” katanya.

Tak hanya itu, peningkatan kesadaran masyarakat juga dinilai menjadi salah satu kunci penting dalam menekan angka kebakaran. Sehingga, edukasi kepada warga terus dilakukan, khususnya terkait penggunaan listrik aman dan penyimpanan bahan yang mudah terbakar.

“Kami tidak bisa bekerja sendiri. Peran warga sangat penting untuk mencegah kebakaran. Mulai dari mematikan kompor saat tidak digunakan, hingga memastikan instalasi listrik tidak bermasalah,” ucap Sony.

Terkait kesiapan armada dan personel, pihaknya sudah memiliki lebih dari 50 unit armada aktif, termasuk mobil pemadam, tangki air, dan kendaraan kecil untuk menjangkau gang sempit yang tersebar di pos strategis.

“Kami juga memiliki lebih dari 200 personel yang bekerja dalam sistem sif 24 jam. Setiap laporan masuk akan langsung dikirim ke armada terdekat menggunakan sistem pelacakan lokasi. Waktu tanggap rata-rata hanya 5–10 menit di area kota,” katanya.

Untuk ke depan, pihaknya juga akan menambah armada khusus dan meningkatkan kapasitas personel, terutama untuk penanganan kebakaran di area ekstrem seperti gang padat atau bangunan tanpa jalur evakuasi.

“Modernisasi sistem komunikasi dan teknologi pelaporan juga menjadi fokus untuk mempercepat respons. Kami terus berbenah. Tujuan kami satu yaitu memastikan keselamatan warga dan memperkecil dampak dari setiap kejadian kebakaran,” ujar Sony.(Ade Suhendi/ErHas)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *