DJABARPOS.COM, Jakarta – Pranata Humas Ahli Muda sekaligus Penanggung Jawab Rumah Tangga Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek), Neni Herlina, mengungkapkan pemecatannya yang diduga dilakukan langsung oleh Menteri Satryo Soemantri Brodjonegoro. Neni mengaku dipecat dan diusir karena masalah meja kerja menteri yang dinilai tidak sesuai.
Menurut Neni, insiden ini bermula dari penggunaan meja sementara di ruang kerja menteri. “Sebenarnya itu hanya sementara karena ruangan beliau sedang direnovasi di lantai 10. Meja itu bekas ruangan Dirjen. Seharusnya ini bukan masalah substansi terkait pendidikan tinggi,” kata Neni di Jakarta, Senin (20/1).
Ancaman Pemecatan dan Pengusiran Setelah insiden meja kerja, Neni menerima ancaman pemecatan dari Satryo. Atasannya bahkan menyarankan Neni untuk tidak muncul di kantor. Namun, karena tanggung jawabnya termasuk pemasangan internet di rumah dinas menteri, ia tetap menjalankan tugasnya.
“Pak Menteri maunya internet segera terpasang. Kita usahakan selesai malam itu juga, tapi karena ketua tim saya sakit dan tidak menjawab telepon, saya yang kena marah. Akhirnya, saya diberi pesan WhatsApp yang berisi pemecatan,” ujar Neni.
Meski mendapat pesan tersebut, Neni tetap bekerja seperti biasa karena merasa pemecatan itu tidak memiliki dasar hukum. Hingga akhirnya, pada Jumat (17/1), Satryo langsung mengusir Neni dari ruangannya dengan cara yang dinilai tidak etis. “Beliau membentak saya di depan staf dan anak-anak magang. Ini sudah di luar logika,” kata Neni.
ASN Kemendiktisaintek Protes Kasus pemecatan ini memicu protes dari sejumlah ASN Kemendiktisaintek. Mereka mempertanyakan dasar pemecatan Neni yang dianggap mendadak dan tidak jelas. Neni bahkan berencana melaporkan kasus ini ke DPR. “Status saya tidak jelas, apakah benar dipecat atau tidak. Jika situasi ini tidak berubah, kami mempertimbangkan untuk mengambil langkah lebih tegas,” tegas Neni.
Pernyataan Resmi Kemendiktisaintek Sekretaris Jenderal Kemendiktisaintek, Togar M. Simatupang, membantah adanya pemberhentian mendadak. Ia menyebut, kementerian selalu mengedepankan dialog untuk menyelesaikan konflik. “Ada ruang dialog yang terbuka untuk menemukan resolusi terbaik. Tidak perlu reaktif dan harus tetap rasional,” ujar Togar.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Khairul Munadi, menambahkan bahwa pergantian posisi di lingkungan kementerian adalah bagian dari rotasi dan mutasi untuk penyegaran organisasi. “Ini adalah upaya memberikan pengalaman kerja baru, biasa disebut tour of duty,” jelas Khairul.
Hingga saat ini, Menteri Satryo belum memberikan pernyataan resmi terkait polemik ini. Situasi di Kemendiktisaintek terus menjadi perhatian, terutama di tengah isu kesejahteraan dan keadilan bagi ASN. (Arsy)