DJABARPOS.COM, Semarang Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, kembali menegaskan bahwa pendidikan berkualitas adalah kunci utama mencetak generasi unggul. Dalam pidato Dies Natalies ke-55 UIN Walisongo Semarang, Rabu (9/4/2025), ia menggarisbawahi pentingnya akses pendidikan yang merata dan bermutu untuk semua lapisan masyarakat.

Menurut Mu’ti, pendidikan bukan sekadar aktivitas belajar mengajar, melainkan jalur strategis menuju mobilitas sosial. Karena itu, pemerintah menggagas visi “Pendidikan Bermutu untuk Semua” dengan dua fokus utama: pemerataan akses dan jaminan mutu.

“Semua warga negara Indonesia berhak mendapat layanan pendidikan. Kami pakai kata ‘layanan’ karena itu kewajiban negara,” ujarnya tegas.

Mencetak Generasi Berilmu, Terampil, dan Rendah Hati

Lebih lanjut, Mendikdasmen menekankan bahwa generasi masa depan harus dibentuk dengan tiga karakter utama:

  • Knowledgeable: menguasai ilmu pengetahuan
  • Capable: siap menghadapi dunia kerja
  • Humble: memiliki akhlak dan etika

Menurutnya, pendidikan tidak boleh hanya fokus pada aspek kognitif. Justru, pembentukan karakter dan budi pekerti adalah hal yang sangat mendasar.

Mu’ti juga menggarisbawahi pentingnya soft skills, seperti berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi. Ia menekankan bahwa tantangan global membutuhkan pendekatan pendidikan yang lebih dalam, yakni deep learning. Pendekatan ini tak hanya membangun kompetensi, tetapi juga memperkuat karakter dan kewargaan.

“Tanpa karakter dan kepedulian, semua ilmu akan sia-sia,” tegasnya.

Teknologi sebagai Pendukung Pembelajaran

Dalam sesi orasi ilmiah, Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam UIN Walisongo, Fihris, menjelaskan bagaimana deep learning memberi ruang untuk personalisasi pembelajaran. Setiap siswa memiliki gaya belajar berbeda, sehingga pendekatan fleksibel sangat diperlukan.

Fihris juga menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi digital seperti augmented reality, kecerdasan buatan, dan analitik pembelajaran. Sebagai contoh, MTs Negeri Yogyakarta berhasil meningkatkan pemahaman siswa hingga 87 persen lewat pembelajaran sejarah Islam berbasis teknologi.

Di akhir pidato, Mu’ti menegaskan bahwa sistem pendidikan nasional harus relevan dengan perkembangan zaman, berkelanjutan, dan inklusif. Pendidikan tak bisa berjalan sendiri. Kolaborasi antara pemerintah, sekolah, orang tua, dan masyarakat sangat dibutuhkan.

“Pendidikan tak boleh stagnan. Kita harus terus bergerak mengikuti kebutuhan masa depan,” pungkasnya.(Arsy)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *