DJABARPOS.COM, New York, AS – Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Sugiono menegaskan bahwa keberadaan senjata nuklir masih menjadi ancaman paling serius bagi perdamaian dan keamanan global. Pernyataan itu ia sampaikan dalam Sidang Tingkat Tinggi memperingati International Day for the Total Elimination of Nuclear Weapons di Markas Besar PBB, New York, yang digelar dalam rangkaian Sidang Majelis Umum PBB ke-80.

Menlu Sugiono menyoroti fakta bahwa lebih dari 12.000 hulu ledak nuklir masih dimiliki segelintir negara, termasuk yang berada di luar kerangka Non-Proliferation Treaty (NPT). Jumat (29/06)


“Indonesia mendesak negara-negara pemilik senjata nuklir menghentikan modernisasi dan ekspansi, serta mengambil langkah nyata menuju pelucutan. Dunia membutuhkan komitmen politik kuat untuk mewujudkan tatanan bebas nuklir,” tegasnya.

Ia juga menekankan pentingnya revitalisasi mekanisme pelucutan senjata internasional, mulai dari pemenuhan Pasal VI NPT, pemberlakuan segera Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty (CTBT), hingga optimalisasi kembali Conference on Disarmament sebagai forum negosiasi. Indonesia juga mendorong lebih banyak negara bergabung dengan Treaty on the Prohibition of Nuclear Weapons (TPNW).

Menurut Sugiono, risiko senjata nuklir semakin besar dengan hadirnya ancaman baru seperti serangan siber, kecerdasan buatan, dan terorisme. “Risiko ini tidak mungkin sepenuhnya dikendalikan. Satu-satunya cara mencegah bencana adalah dengan eliminasi total senjata nuklir,” ujarnya.

Menutup pernyataannya, Sugiono menekankan bahwa 2026 NPT Review Conference harus dijadikan momentum untuk memperkuat komitmen global dalam pelucutan senjata nuklir.

Sebagai catatan, TPNW diadopsi pada 2017 dan berlaku sejak 22 Januari 2021. Hingga kini, lebih dari 90 negara telah menandatangani perjanjian tersebut dan lebih dari 70 negara meratifikasinya, termasuk Indonesia.(Arsy)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *