DJABARPOS.COM, Jakarta – Pertandingan futsal disebut jadi pemicu penyerangan terhadap rumah dinas Kapolda Nusa Tenggara Timur (NTT) Irjen Johni Asadoma, pos polisi, serta pembakaran mobil patroli.
Dikutip dari CNNIndonesia.com, rumah dinas Johni yang berada di Jalan Soeharto, Kelurahan Naikoten Satu, Kecamatan Kota Raja, Kota Kupang, NTT, dilempari puluhan orang berpenutup wajah.
Tak cuma menyerang rumah dinas Johni, mereka juga merusak pos pengamanan Idulfitri dan pos polisi Kelurahan Lahi Lai Bisi Kopan (LLBK), Kecamatan Kota Lama; satu mobil patroli polisi di dekat pospol itu; pos pengamanan Idulfitri dan polisi Kanaan di Jalan Sudirman, Kelurahan Nunleu; satu unit sepeda motor dinas polisi; serta satu mobil milik Polsek Oebobo.
Aksi itu sempat membuat warga Kota Kupang panik dan takut untuk keluar rumah. Sejumlah grup WhatsApp lantas dipenuhi imbauan agar warga tetap berada di dalam rumah.
Peristiwa ini diduga dipicu oleh bentrokan antara anggota Denpom 01-IX/Kupang dengan anggota Polda NTT saat pertandingan futsal di Gor Oepoi Kota Kupang, Rabu (19/4).
Merespons insiden itu, Kapolda NTT dan pejabat utama Polda NTT menggelar pertemuan dengan Kepala Staf Komando Resor Militer (Kasrem) 161/Wira Sakti, Kasiter Kasrem 161/Wira Sakti, Danbrigif 21/Komodo, Danyonif 743/PSY, Wadandenpom 01-IX/Kupang, di Aula Lantai III Mapolda NTT, Kamis (20/4).
“Pertandingan final futsal tersebut bukan antara TNI vs Polri tetapi antara tim futsal Polda NTT vs tim futsal P dan K TTS,” tutur Johni.
Johni mengatakan dalam pertandingan tersebut, terjadi kesalahpahaman di mana ada anggota yang melompat atau terjatuh ke bawah. Anggota itu disebut akan dilindungi dengan diajak keluar oleh anggota polisi militer.
“Ini adalah kesalahpahaman yang terjadi yang menyebabkan bentrok antara anggota Polri dan PM TNI AD,” ucap dia.
Johni mengklaim situasi sudah kondusif. Ia menyatakan keributan tersebut dianggap sudah selesai dan anggota Denpom 01-IX/Kupang yang saat itu bertanggung jawab pun sudah meminta kepada panitia untuk menghentikan pertandingan meski baru berjalan setengah babak.
Hal itu bertujuan untuk menghindari bahaya keributan yang lebih besar. Ia juga mengatakan Polri bersama TNI telah membentuk tim investigasi untuk memproses kasus tersebut secara transparan.
“Kemudian, semua yang hadir berkomitmen untuk melakukan tindakan ke dalam proses yang terlibat dan hasil investigasi tersebut diserahkan kepada masing-masing kesatuan yang akan melakukan penindakan proses hukum terhadap anggotanya yang terlibat,” kata Johni.
Dia juga menambahkan Polri dan TNI secara bersama-sama bakal membangun kembali fasilitas, termasuk pos-pos pengamanan yang dirusak.
Polri dan TNI juga akan melaksanakan patroli gabungan untuk memberi rasa aman kepada warga, terlebih mendekati hari raya Idulfitri 2023.
“Kita juga mengimbau kepada seluruh anggota untuk menahan diri tidak melakukan tindakan-tindakan provokatif, tidak terpancing hasutan-hasutan dan tidak melaksanakan tindakan anarkis,” ujarnya.
Terpisah, Kasrem 161/Wira Sakti Kolonel Cpl Simon Petrus Kamlasi menegaskan TNI bakal memproses hukum prajurit yang terbukti terlibat dalam kasus tersebut.
Investigasi yang dilakukan TNI-Polri nantinya memerlukan banyak waktu karena menurut Simon bukti-bukti tidak cukup hanya dari video yang viral di media sosial saja.
“Namun, pada intinya komitmen kita yang paling krusial saat ini adalah bahwa kita kendalikan keadaan sehingga tidak terjadi keributan lanjutan karena ini juga masuk dalam suasana keagamaan,” ucap Simon.(Nino/Arsy)