Oleh : Roni Maulana Arsy (Jurnalis Media Djabar Pos)

Demonstrasi yang bergulir sejak 25 Agustus bukan sekadar letupan sesaat. Ia adalah akumulasi kekecewaan panjang rakyat terhadap wakilnya di Senayan. Dari Jakarta hingga NTB, mahasiswa dan masyarakat turun ke jalan, membawa satu pesan : cukup sudah !!

Rakyat dicekik dengan pajak yang terus naik. Harga kebutuhan pokok melonjak. Di tengah penderitaan itu, DPR justru menyetujui tunjangan untuk dirinya sendiri. Ironis, saat rakyat keringatnya diperas, wakilnya berpesta dengan joget-joget di ruang sidang.

Tragedi yang menimpa Almarhum Affan Kurniawan, pengemudi ojek online yang tewas tertabrak ranpur Barracuda Brimob, adalah titik balik. Rakyat kecil kembali jadi korban. Sementara itu, para elit politik tetap nyaman duduk di kursi empuk parlemen, seolah tak mendengar jeritan di jalanan.

DPR harus sadar : gelombang ini tak bisa dipadamkan dengan kata-kata manis. Rakyat tidak lagi percaya pada janji yang hanya jadi retorika. Sudah saatnya DPR menyatakan pembatalan tunjangan. Itu bukan sekadar tuntutan moral, tapi jalan satu-satunya untuk meredam api amarah rakyat.

Dan kepada rakyat, satu hal penting : jangan mau diadu dengan aparat. Polisi dan Brimob hanyalah benteng di depan, sementara musuh sejati ada di baliknya: kerakusan segelintir politisi yang menjadikan kursi wakil rakyat sebagai jalan memperkaya diri.

Jika DPR benar-benar masih punya hati, inilah saatnya membuktikan. Bukan dengan berjoget, bukan dengan berpesta, tapi dengan menurunkan egonya dan berpihak kepada rakyat.

By Arsy 80

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *